Entri Populer

Jumat, 12 November 2010

Lucu ya....

Adu Paling Tahan Lama dalam Bercinta
Di sebuah bar terjadi perbincangan antara tiga orang pemuda yang masing-masing berasal dari Asia.

Orang Jepang : "Tadi malam saya bercinta dengan istriku sebanyak tiga kali. Pada pagi hari istriku membuatkan sarapan yang sangat lezat untuk menyenangkan hatiku".

Orang Cina : (Tidak mau kalah) "Tadi malam aku bercinta dengan istriku enam kali. Pada pagi hari istriku membuatkan sarapan pagi dan berkata bahwa ia tidak akan bisa mencintai pria lain."

Lalu mereka bertanya pada orang Indonesia: "Bagaimana dengan kamu... Paimin?"

Paimin : "Hanya sekali."

"Yang benar saja...," kata orang Cina dan Jepang itu nyaris serempak.

"Iya... hanya sekali," tegas Paimin.

"Lalu apa kata istrimu pada pagi harinya?" tanya mereka.

"Awas, jangan berhenti," jawabnya.

Jepang dan Cina: "????!!!"

Antara Janda, Keperawanan, dan Partai Politik
Seorang "Janda" yang sudah 3 kali kawin-cerai periksa di dokter kandungan. Waktu dokter mau periksa dalam, terjadi percakapan.

Janda : "Hati-hati periksanya ya dok, saya masih 'perawan' lho ...!"

Dokter: "Lho? Katanya ibu sudah kawin-cerai 3 kali, mana bisa masih perawan ...?"

Janda : "Gini lho dok, eks suami saya yang pertama ternyata impoten."

Dokter: "Oh gitu, tapi suami ibu yang ke-2 gak impoten kan?"

Janda : "Betul dok, cuma dia gay, jadi saya gak diapa-apain sama dia."

Dokter: "Lalu suami ibu yang ke-3 gak impoten dan bukan gay kan?"

Janda : "Betul dok, tapi ternyata dia itu orang 'partai politik'...."

Dokter: "Lalu apa hubungannya dengan keperawanan ibu ...?"

Janda : "Dia cuma janji-janji saja dok, 'gak pernah direalisasikan!!!"

Dokter: "?!?!?!?!????"

Diskusi Masalah Gaji Pegawai
Saat ‘ngrumpi’ di luar tugas antara orang Indonesia dan orang Eropa saling menanya perihal penghasilan masing-masing. “Berapa gaji anda dan untuk apa saja uang sejumlah itu?,” tanya orang Indonesia mengawali pembicaraan.

Orang Eropa menjawab, “Gaji saya 3.000 Euro, 1.000 euro untuk tempat tinggal, 1.000 Euro untuk makan, 500 Euro untuk hiburan."

”Lalu sisa 500 Euro untuk apa?” tanya orang Indonesia. Orang Eropa menjawab secara ketus, "Oh ... itu urusan saya, Anda tidak perlu bertanya!"

Kemudian orang Eropa balik bertanya, “Kalau penghasilan anda?”

"Gaji saya Rp950 ribu, Rp450 ribu untuk tempat tinggal, Rp350 ribu untuk makan, Rp250 ribu untuk transport, Rp200 ribu untuk sekolah anak, Rp200 ribu, bayar cicilan pinjaman, ... Rp100 ribu untuk....".

Saat orang Indonesia ‘nrocos’ menjelaskan, orang Eropa menyetop penjelasan itu dan langsung bertanya. "Uang itu jumlahnya sudah melampui gaji anda. Sisanya dari mana?," kata orang Eropa itu keheranan.

Kemudian, orang Indonesia itu menjawab dengan enteng,"Begini Mister, uang yang kurang, itu urusan saya, anda tidak berhak bertanya-tanya.”

Lucu ya....

Sebelum dan Setelah
Sebelum menikah…
Pria: “Akhirnya! Aku sudah menunggu saat ini untuk tiba.”
Wanita: “Apakah kau rela kalau aku pergi?”
Pria: “Tentu tidak! Jangan pernah kau berpikiran seperti itu.”
Wanita: “Apakah kamu mencintaiku?”
Pria: “Tentu! Selamanya akan tetap begitu.”
Wanita: “Apakah kau pernah selingkuh?”
Pria: “Tidak! Aku tak akan pernah melakukan hal buruk itu.”
Wanita: “Maukah kau menciumku?”
Pria: “Ya”
Wanita: “Sayangku…”
Setelah 10 tahun menikah, silahkan dibaca dari bawah ke atas.

SEX Pria Dilihat dari Merk Celana Dalamnya
Perilaku SEX Pria tercermin dari merk Celana Dalamnya:
- SWAN : Suka WAnita Nakal
- HINGS : Hebat, Ideal Namun Gemar Selingkuh
- GT-MAN : Goyangan Tititnya MANtap

Tanda-Tanda Sudah Semakin Tua
Membaca makin jauh, jalan makin dekat.

Dulu tidur berhadap-hadapan, sekarang pantat-pantatan.

Dulu suka pakai minyak wangi, sekarang pakai minyak angin.

Dulu sering siul-siulin cewe, sekarang siul-siulin burung.

Dulu sering makan enak, sekarang sering makan obat.

Dulu korbankan kesehatan demi kekayaan, sekarang korbankan kekayaan demi kesehatan.

Dulu pemburu nikmat, sekarang diburu akhirat.

Sabtu, 06 November 2010

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE SHOCK SYNDROME

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
Pada Pasien Dengan
DENGUE SHOCK SYNDROME



I. Definisi
Dengue adalah suatu penyakit akut disebakan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk “Aedes Aegypti” atau oleh “Aedes Olbopictus”

II. Patofisiologi
Setelah virus masuk ke dalam tubuh, terjadi viremia yang ditandai dengan demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal di seluruh badan, hyperemia tenggorokan, ruam dan bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu kelainan dapat terjadi pada sistem retikula endothelial seperti pembesaran kelenjar getah bening, hati dan limpa.
Pelepasan zat anafiloksin, histamine dan serotonin serta aktivitas dari sistem kalikrein menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler sehingga cairan dari intro vascular keluar ekstra vascular, akibat terjadi pengurangan volume plasma, penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan syock. Plasma merembes sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat syock. Pada pasien dengan syock berat, volume plasma dapat berkurang sampai 30% atau lebih. Bila syock hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan plasma tidak segera diatasi, maka akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Kelainan yang paling ditemukan pada autopsy adalah perdarahan di bawah kulit berupa petekia, perdarahan saluran pencernaan, paru-paru dan di jaringan periadrenal.

III. Etiologi
Disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk “Aedes Aegpti” atau oleh “Aedes Albopictus”





IV. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Subjektif
- Panas
- Sakit kepala, lemah
- Nyeri ulu hati
- Mual dan tidak nafsu makan
- Sakit menelan
- Pegal seluruh tubuh
- Nyeri obat, prsendian punggung, kepala
- Haus
b. Data Objektif
- Suhu tinggi, selama 2 – 7 hari
- Kulit terasa panas
- Wajah tampak merah
- Nadi cepat
- Selaput mucosa mulut kering
- Bintik merah di kulit lengan dan kaki
- Hyperemia tenggorokan
- Epistaksis
- Pembesaran hati dan nyeri tekan pada epigastrik
Pada PBD yang lebih berat
- Uji tourniquet (+)
- Abdomen bias tegang
- Gejala perdarahan pada hari ke-3 atau ke-5 berupa : Petekie, purpura, ekimosis, hematemesis melena, epistaksis
- Produksi urine menurun kurang dari 30 ml / jam
Gejala Shock
- Nadi cepat
- Kulit lembab dan dingin
- Akral dingin
- Pernafasan dangkal
- Tekanan darah turun
- Gelisah
- Sianosis perifer pada ujung hidung, jari tangan dan jari kaki
c. Data Laboratorium
- Trombositopenia
- Hematokrit meningkat lebih dari 20%
- Hemoglobin meningkat lebih dari 20%
- Lekopenia
- Hipoproteinemia
- Hiponatremia
- Hipokloromia
- SGOT / SGPT meningkat

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
b. Nyeri epigastrik berhubungan dengan peningkatan sekresi gaster asam klorida
c. Resiko / kurang volume cairan vaskuler sampai dengan pindahnya cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler
d. Kurang mandiri merawat diri sampai dengan kelemahan fisik
e. Resiko terjadi shock hipovolemik sampai dengan perdarahan yang berlebihan
f. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sampai dengan masukan yang kurang akibat mual, muntah, tidak nafsu makan
g. Cemas sampai dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, diet dan pencegahan DBD

Diagnosa Keperawatan – 1
Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Tujuan :
Suhu tubuh normal : 36oC – 37oC pasien mengatakan badan tidak demam lagi
Rencana Tindakan :
- Kaji pengetahuan pasien tentang hipertermia
- Jelaskan penyebab terjadinya hipertermia
- Jelaskan upaya-upaya untuk mengatasi hipertermia dan Bantu pelaksanaannya :
 Tirah baring dan mengurangi aktivitas fisik
 Jelaskan minum 2 – 3 liter / 24 jam
 Beri kompres dingin
 Anjurkan pasien untuk mengenakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
 Ciptakan lingkungan yang tenang, sirkulasi udara dan kesejukan ruangan yang cukup
- Observasi vital sign
- Observasi dan catat masukan dan keluaran cairan
- Laksanakan program medik :
 Antipiretika
 Infus
 Antibiotik

Diagnosa Keperawatan - 2
Nyeri epigastrik berhubungan dengan peningkatan sekresi gaster asam klorida
Tujuan :
Nyeri epegastrik berkurang / hilang
Rencana Tindakan :
- Observasi intensitas nyeri
- Observasi tanda vital sign tiap 2 – 3 jam
- Anjurkan pasien melakukan teknik relaksasi
- Beri makanan porsi kecil tapi sering 6 kali / hari
- Laksanakan program medik : Pemberian antasida

Diagnosa Keperawatan - 3
Resiko / kurang volume cairan vaskuler sampai dengan pindahnya cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler
Tujuan :
Pasien tidak mengalami kekurangan volume cairan vaskuler yang ditanai dengan tanda vital stabil dan dalam batas normal produksi urine ≥ 30 cc / jam mukosa mulut kering
Rencana Tindakan :
- Jelaskan upaya-upaya untuk menambah volume cairan
- Beri banyak minum
- Kaji tanda dan gejala kurang volume cairan
- Observasi nadi, tekanan darah, suhu tubuh dan pernafasan
- Laksanakan program medik
 Infus RL
 Periksa Hb, Ht setiap 24 jam sesuai perkembangan
- Monitor masukan dan keluaran cairan

Diagnosa Keperawatan - 4
Kurang mandiri merawat diri sampai dengan kelemahan fisik
Tujuan :
Pasien dapat mandiri untuk mandi, makan dan eliminasi 2 hari setelah suhu normal
Rencana Tindakan :
- Jeaskan upaya-upaya untuk memulihkan fisik
- Beri bantuan penuh dalam merawat diri dan tingkatkan kemandirin pasien sesuai kemajuan fisik
- Letakkan keperluan pasien di dekat tempat tidurnya
- Kaji ingkat kemandirian pasien dalam upaya peningkatan melakukan perawatan dirinya
- Kaji keluhan rasa lemah dalam beraktivitas

Diagnosa Keperawatan - 5
Potensial terjadi shock hipovolemik sampai dengan perdarahan yang berlebihan
Tujuan :
Tidak terjadi shock hipovolemik yang ditandai dengan :
- Tanda vital stabil dalam batas normal
- Produksi vital stabi dalam batas normal
- Ht dalam batas normal 37 – 43%
- Tidak gelisah
Rencana Tindakan :
- Beri posisi tidur datar
- Observasi vital sign
- Puasa makan minum pada perdarahan saluran pencernaan
- Laksanakan program medik
- Monitor jumlah masukan dan keluaran cairan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium Hb, Ht, trombosit
- Observasi perkembangan bintik-bintik merah di kulit, keluhan lemas, keringat dingin, kulit lembab dan dingin tanda-tanda sianosis
- Perhatikan keluhan pusing, lemah dan nyeri di perut
- Ukur dan catat perdarahan yang tampak dari muntahan, cairan lambung, feses dan urine

Diagnosa Keperawatan - 6
Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sampai dengan masukan yang kurang akibat mual, muntah, tidak nafsu makan
Tujuan :
Pasien tidak mengalami kekurangan nutrisi yang ditandai dengan pasien dapat menghabiskan makanan yang dihidangkan, bb stabil dalam batas normal
Rencana Tindakan :
- Beri makan 6 kali sehari porsi kecil
- Beri makanan hangat dan mudah ditelan : saring / bubur bila tidak ada perdarahan
- Bantu dan dampingi pasien saat makan
- Anjurkan bernafas panjang saat mual
- Kaji keluhan mual, sakit menelan dan perkembangan nafsu makan
- Monitor makanan yang dihabiskan setiap hari
- Monitor hasil-hasil laboratorium protein total / albumin
- Laksanakan program medik infuse, antasida, antimetik

Diagnosa Keperawatan - 7
Cemas ampai dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, diet dan DBD
Tujuan :
Pasien / keluarga dapat mengungkapkan pemahamannya tentang kondisi, diet dan cara mencegah demam berdarah dengue
Rencana Tindakan :
- Beri penjelasan tentang kondisi, diet dan cara mencegah DBD
- Kaji ulang tingkat pengetahuan pasien dan keluarganya
- Beri leaflet jika ada tersedia



















1. Demam 2 – 7 hari yang sebabnya tidak diketahui
2. Manifestasi perdarahan (rumple leede +) yang mungkin timbul antara lain : Patekia, purpura, epistaksis, perdarahan gusi, hematemisis tau melena. Patekia ialah yang sering ditemukan, biasanya muncul pada hari pertama demam dan berlangsung selama 3 – 6 hari.
3. Pembesaran hati pada anak yang semula tidak dapat diraba, perubahan hati ang membesar dan menjadi kenyal
4. Syock yang ditandai oleh nadi yang cepat dan lemah. TD hipotensi dengan tekanan sistolik kurang dri 80 mmhg pada anak umur > 5 tahun disertai adanya kulit yang dingin, sianosis di sekitar mulut, gelisah dan letarbi. Syock dapat terjadi tanpa perdarahan atau didahului perdarahan. Syock biasanya terjadi pada waktu demam menurun antara hari ke 3 – 7 sakit. Bila terjadi pada waktu demam biasanya mempunyai prognosis yang buruk. Dengan infuse yang tepat syock dapat diatasi dalam 24 – 48 jam
5. Pemeriksaan laboratorik ditemukan trombosit di bawahn 100.000 / mm3. terdapat hemokonsentrasi dimana terdapat peninggian hematokrit (Ht) sebanyak 20% atau lebih. Meningkatnya Ht merupakan tanda penting adanya DSS (Dengue Shock Syndrome). Bila ada pesangkaan akan terjadi DSS, Ht perlu diperiksa secara periodik. Kenaikan nilai Ht ialah suatu tanda permulaan syock.
Derajat derat penyakit berdasarkan diagnosis DHF secara klinis :
1. Derajat I : Demam mendadak 2 – 7 hari disertai gejala menifestasi perdarahan I 9ringan), yaitu rumple leede (+)
2. Derajat II (sedang) : Lebih berat dari derajat I ditemukan perdarahan kulit dan epitaksis, perdarahan gusi, hematemisis dan melena
3. Derajat III (berat) : Penderita syock dengan gejala klinik tersebut
4. Derajat IV : Penderita syock berat dengan tensi yang tidak dapat diukur dan nadi yang tidak dapat diraba.

V. Prinsip Terapi
2. Tirah baring selama masa inkubasi dan demam
3. Diet
Penderita diberikan makanan yang cukup kalori dan zat-zat makanan lain, sesuai dengan keadaan penderita, makanan dapat diberikan dalam bentuk bubur, lunak atau biasa. Penderita perlu minum yang banyak kira-kira 1½ - 2 liter dalam 24 jam (air teh dengan gula sirup atau susu)
4. Hiperpireksia (suhu 40oC atau lebih) diatasi dengan anti piretik
5. Kejang yang mungkin timbul dapat diatasi dengan anti konvulsan
6. Observasi vital sign dan tanda dini syock yang mungkin terjadi
7. Indikasi pemberian IVFD apabila penderita trombosit menurun dan hematokrit meningkat. Penderita terus menerus muntah yang akan mengancam terjadinya dehidrasi
8. Terapi antibiotika diberikan atas indikadi terdapat komplikasi infeksi bacterial
9. Perawatan
a. Evaluasi klinik : Obs nadi, tekanan darah, pernapasan dan suhu setiap 15 – 30 menit
b. Memeriksa kadar Ht, trombosit dan Hb secara periodic sampai nilai normal
c. Pemberian cairan baik oral atau intravena


10. Pencegahan
a. Untuk mengontrol penyakit ini diperlukan suatu program kesehatan masyarakat yang baik
b. Membasmi nyamuk Aedes pada genangan-genangan air dan menghilangkan tempat-tempat yang dapat berkembangnya nyamuk Aedes dengan obat-obat yang mematikan larva nyamuk dewasa
c. Memberikan pendidikan kesehatan masyarakat dan sanitasi yang baik

ASUHAN KEPERAWATAN ACUTE MYOKARD INFARK

ASUHAN KEPERAWATAN
Pasien Dengan
ACUTE MYOKARD INFARK

I. DEFINISI
Acute Myokard Infark (AMI) adalah nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah ke otot jantung.

II. ETIOLOGI
Aterosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya gangguan aliran darah arteri koroner. Spasme arteri koroner dapat menimbulkan gangguan aliran darah ke miokard. Spasme dapat terjadi pada arteri koroner normal atau yang sklerotik. Bila spasme berlangsung lama dan berat, walaupun jarang terjadi dapat mengakibatkan IMA.

III. MANIFESTASI KLINIS
• Nyeri dada
• Nausea
• Berkeringat
• Muka pucat
• Tachicardia
• Bunyi jantung III
• Distensi Vena Juguklaris (pada infark ventrikel kanan)

IV. KOMPLIKASI
• Aritmia (sinus bradikardia, supra ventrikuler, tacicardi aritmia, aritmia ventrikuler, gangguan konduksi)
• Disfungsi otot jantung
• Syock kardiogenik
• Emboli
• Ruptur (robek) ventrikel

V. TEST DIAGNOSIS
Reaksi non spesifik berupa leukosit polimorfonuklear (PMN) mencapai 12.000 -15.000 dalam beberapa jam dan bertahan 3 -7 hari. Peningkatan LED terjadi lebih lambat, mencapai puncaknya dalam 1 minggu, dan dapat bertahan 1 – 2 minggu.
Pemeriksaan radiologi berguna bila ditemukan adanya bendungan paru (gagal jantung) / kardiomegali. Dengan ekokardiograpi 2 dimensi dapat ditentukan daerah luas infark miokard akut fungsi pompa jantung serta komplikasi

VI. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Nyeri / Kenyamanan
Data Subjektif : - Nyeri dada sebelah kiri
Data Objektif : - Pasien tampak meringis
2. Pola nafas
Data Subjektif : - Pasien mengatakan sulit bernafas
Data Objektif : - Pasien tampak sesak
3. Aktivitas
Data Subjektif : - Pasien mengatakan kurang bisa beraktivitas
Data Objektif : - KU lemah
4. Asupan nutrisi
Data Subjektif : - Tidak ada nafsu makan
Data Objektif : - Pasien hanya menghabiskan ⅟4 porsi


B. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman, sesak berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suply oksigen dengan kebutuhan jaringan
b. Gangguan pola aktivitas berhubungan dengan bed rest
c. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan nafsu makan kurang, mual, muntah.

C. Rencana, Tujuan Tindakan Keperawatan
DP I. Gangguan rasa nyaman, sesak berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suply oksigen dengan kebutuhan jaringan
Tujuan jangka panjang : Jalan nafas efektif
Tujuan jangka pendek : - Dalam 1 x 24 jam sesak berkurang

Rencana Tindakan :
1. Mengkaji dan memonitor frekuensi pernafasan, misal kualitas sesak, frekuensi pernafasan tiap menit 36x / menit
2. Mengatur dan mempertahankan posisi semi fowler dengan meletakkan 2 bantal di bawah kepala dan punggung
3. Memberikan oksigen dengan indikasi 3 liter / menit pernasal kanul
4. Menganjurkan pasien untuk latihan nafas dalam dan batuk efektif dengan cara menarik nafas dalam, tahan kemudian batukkan
5. Memonitor vittal sesuai dengan kebutuhan pasien
6. Mengadakan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi untuk mengurangi sesak

DP. II Gangguan pola aktivitas berhubungan dengan bed rest
Tujuan jangka panjang : Pasien bisa beraktivitas sendiri
Tujuan jangka pendek : - Dalam 2 x 24 jam sesak berkurang

Rencana Tindakan :
1. Mengkaji tingkat kebutuhan pasien
2. Menjelaskan batasan untuk beraktivitas bagi pasien
3. Membantu aktivitas pasien diharapkan dapat melatih pasien untuk bergerak secara normal kembali
4. Melibatkan keluarga pasien guna untuk dapat memenuhi kebutuhan pasien


DP. III Perubahan pola nutrisi kurang nafsu makan berhubungan dengan mual, muntah
Tujuan jangka panjang : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Tujuan jangka pendek : - Dalam 1 x 24 jam dapat menghabiskan ⅟2 porsi makanan

Rencana Tindakan :
1. Memberikan penjelasan pada keluarga pasien tentang pentingnya pemberian gizi pada pasien
2. Melibatkan keluarga dalam memenuhi kenutuhan pasien agar nutrisi lebih dapat terpenuhi
3. Memberikan makan sedikit tetapi sering
4. Menghidangkan menu yang menarik agar dapat merangsang nafsu makan pasien
5. Melakukan kolaborasi dengan tim gizi guna memberikan menu yang tepat bagi pasien


D. Evaluasi
1. Jalan nafas efektif, sesak berkurang
2. KU membaik, mampu beraktivitas sendiri
3. Nafsu makan pasien meningkat, dapat menghabiskan 1 (satu) porsi makanan yang telah disediakan
4. Pasien dapat tenang dan tidak gelisah



































VII. PENATALAKSANAAN
• Tirah baring total (ICCU), monitor EKG
• Infus darurat
• Oksigen
• Bila sakit sekali morphin sulfat 2 – 5 mg IV dapat diulang 10 menit sampai rasa nyeri hilang. Dapat pula diberikan meperidin HCL 25 – 50 mg IV setiap 15 menit bila perlu diberikan diet jantung I – II dalam 24 jam pertama.
• Berikan pencahar seperti paraffin ataun laxadin
• Dapat diberikan tranqulizer minor
• Aspirin 100 mg sehari
• Nitrogliserin sublirgual, bila perlu IV dalam 1 – 2 hari
• Streptokinase / trombosis : pengobatan ditujukan untuk sedapat mungkin memperbaiki kembali aliran darah koroner
• Hal yang paling penting diketahui adalah : kaji apakah pasien mengeluh nyeri dada? Sebelah kiri atau kanan? Seberapa sering nyeri dada itu kambuh, dimana letak nyerinya, muntah atau tidak? Batuk, berkeringat dingin, tachycardia, anoreksia dan apakah pasien pernah menderita penyakit ini sebelumnya? Dan apakah keluarga pasien pernah mengalami penyakit seperti yang dialami pasien ?

ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS INKOMPLET

ASUHAN KEBIDANAN

Pasien Dengan

ABORTUS INKOMPLET


A. Definisi

Adalah berakhirnya suatu kehamilan ( oleh akibat tertentu ). Pada kehamilan ≤ 22 mg sebagian dari buah kehamilan telah lahir.

B. Patofisiologi

Faktor-fakor yang menyebabkan kematian fetus adalah faktor ovum, faktor ibu dan faktor bapak.
Terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2.
Bagian yang terlepas dianggap benda asing sehingga rahim berusaha mengeluarkannya dengan kontrasi. Pengeluaran terebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal yang menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena itu, keguguran menimbulkan gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi.

C. Pemeriksaan Diagnosis

1. Data subyektif : Amonerhoe, sakit perut, mules
2. Data obyektif : Adanya stolsel, perdarahan pervaginam ( sedikit / banyak ), sudah ada keluar fetus / jaringan.
Vaginal Toucher : Untuk abortus yang baru terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa dalam kanalis servikalis / kavum uteri.

D. Potensial

- Anemia
- Infeksi
- Syok
- Sepsis
- Perforasi uterus ( akibat tindakan )

E. Penatalaksanaan

1. Rawat di RS
2. Bila ada tanda-tanda syok atasi dengan pemberian cairan dan tranfusi darah
3. Sisa hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai perdarahan sedang dapat dikeluarkan secara digital setelah itu evaluasi perdarahan, bila perdarahan berhenti beri ergometrin 0,2 mg IM / misoprostol 400 mg / oral. Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM atau curettage
4. Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika profilaksis
5. Bila ada tanda-tanda infeksi beri antibiotika / 8 jam, ampicilin 1 g dan metronidazol
6. Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi < 16 mgg segera lakukan evakuasi dengan AVM
7. Bila terjadi anemia sedang berikan Fe dan bila terjadi anemia berat tranfusi darah


























7 LANGKAH ASUHAN KEBIDANAN


Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

Data Subyektif

a. Biodata

b. Riwayat kehamilan sekarang
1. HPHT
2. Keluhan umum
3. Tanda bahaya

c. Riwayat kehamilan, persalinan yang lalu
1. Jumlah kehamilan (GPA)
2. Jumlah anak hidup
3. Jumlah kelahiran premature
4. Jumlah keguguran
5. Jumlah persalinan dengan tindakan
6. Riwayat perdarahan
7. Riwayat kehamilan dengan hipertensi
8. Berat badan bayi

d. Riwayat kesehatan / penyakit yang diderita sekarang / yang lalu
1. Masalah Cardiovaskuler
2. Hipertensi
3. DM
4. Malaria
5. HIV / AIDS
6. DLL

e. Riwayat penyakit keluarga

f. Riwayat KB

g. Riwayat sosial ekonomi
1. Status perkawinan
2. Respon ibu / keluarga terhadap kehamilan
3. Lingkungan keluarga
4. Pengambilan keputusan dalam keluarga
5. Pola makan
6. Kebiasaan hidup
7. Beban kerja dan kegiatan sehari-hari

h. Riwayat Spiritual

Data Obyektif

1. Pemeriksaan Umum

- Tanda-tanda vital ( k/u, TD, Suhu, Nadi )

2. Pemeriksaan Khusus

a. Inspeksi
- Konjungtiva mata; pucat / anemia
- Genetalia; tampak perdarahan
b. VT; OUE terbuka / tertutup
Teraba sisa jaringan dalam kanalis servikalis / cavum uteri
c. Inspekulo; - Tampak OUE terbuka / tertutup
- Terlihat sisa jaringan / stolsel

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium
b. Catatan terbaru dan sebelumnya
c. USG

Langkah II : Interprestasi Data

Untuk mendapatkan diagnosa, masalah dan kebutuhan sesuai data dasar
Tabel 1
NO DIAGNOSIS DATA DASAR
1. G2 P0 A0 hamil ≤ 22 mgg dengan abortus inkomplet - HPHT
- Nyei perut / mules
- Perdarahan pervaginam ( sedikit / banyak ) disertai stolsel
- Inspeksi; Konjungtiva mata pucat
- OUE terbuka / tertutup
- Teraba / terlihat sisa jaringan
- Laboratorium; Hb, Leukosit
- USG



Tabel 2
NO MASALAH DATA DASAR
1. Nyeri perut karena kontraksi uterus - Os tampak gelisah
- Os tampak kesakitan
- Adanya sisa kehamilan yan menyebabkan kontraksi uterus

Tabel 3
NO KEBUTUHAN DATA DASAR
1. - Hentikan perdarahan
- Pemberian cairan
- Pemberian tranfusi darah, jika anemia berat
- Tindakan operatif, AVM / curettage
- Evaluasi perdarahan
- Observasi tanda-tanda infeksi - Adanya perdarahan pervaginam, stolsel
- Adanya tanda-tanda syok

Langkah III : Untuk Mendapatkan Masalah Potensial Dan Mengantisipasi Penanganannya
Tabel 4
NO POTENSIAL ANTISIPASI
1. - Anemia
- Syok
- Infeksi
- Ruptura uteri - Cek Hb, tranfusi jika Hb rendah
- Pasang infuse
- Beri antibiotika profilaksis; jaga kesterilan alat dan tindakan
- Monitor k/u pasien, vital sign
- Tanggapi keluhan pasien
- Kolaborasi dengan Dokter Obgin

Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera

Kolaborasi dengan dokter

Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh

1. Atasi syok dengan pemberian cairan
2. Cek laboatorium ( Hb, leukosit ) jika anemia, tranfusi darah
3. Observasi vital sign dan k/u ibu
4. Evaluasi perdarahan
5. Observasi tanda-tanda infeksi
6. Jelaskan tentang keadaan ibu dan beri dukungan moril
7. Siapkan persetujuan untuk tindakan medik
8. Siapkan alat untuk tindakan
9. Semua tindakan dan hasil pemeriksaan didokumentasikan

Langkah VI : Pelaksanaan Langsung Asuhan Dengan Efisien Dan Aman

1. Mengatasi syok dengan pemberian cairan
2. Mengambil sample darah ( Hb, leukosit ) jika anemia, tranfusi darah
3. Mengoservasi vital sign dan k/u ibu
4. Mengevaluasi perdarahan
5. Mengobservasi tanda-tanda infeksi
6. Menjekaskan tentang keadaan ibu dan beri dukungan moril
7. Menyiapkan persetujuan untuk tindakan medik
8. Menyiapkan alat untuk tindakan
9. Mendokumentasikan semua tindakan dan hasil pemeriksaan
Langkah VII : Evaluasi

Ibu hamil 14 mgg dengan abortus inkomplet ( tindakan operatif AVM / curettage )
S = - Os mengatakan perdarahan berkurang
- Os mengatakan nyeri perut berkurang, mules ( + )
O = - Perdarahan berkurang
- Kontraksi uterus ( + )
- Anemia ( - )
- Tanda-tanda infeksi tidak ada
A = - Os dalam perawatan
- Observasi tanda-tanda infeksi
- Laksanakan program pengobatan
P = Ibu mengerti dan menerima tentang :
- Keadaannya dan perlunya dilakukan tindakan
- Bahaya yang menancam jika tidak segera dilakukan tindakan

ASUHAN KEPERAWATAN DECOMPENSASI CORDIS

ASUHAN KEPERAWATAN
Pasien Dengan
DECOMPENSASI CORDIS


A. DEFINISI
Payah jantung adalah suatu eadaan dimana jantung yang tidak mampu lagi untuk memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi badan guna kebutuhan metabolisme jaringan

B. PENYEBAB TERJADINYA PAYAH
1. Disfungsi myocard karena gangguan kontraksi yang menimbulkan cardiac output menurun, misalnya : Penyakit jantung koroner
2. Abnormal pressure over load (sistolik over load), yaitu : beban berlebihan pada waktu jantung kontraksi (sistolik), misalnya pada hipertensi, aortic stenosis
3. Abnormal volume over load (diastolic over load), yaitu : Beban isian ke dalam vebtrikel yang berlebihan pada waktu diastole, misalnya pada myocard infark
4. Kenaikan kebutuhan metabolisme beban kebutuhan sirkulasi badan melampaui daya kerja jantung (high output failure), misalnya : Anemia, tirotoksikosis
5. Gangguan pengisian dari ventrikel, misalnya paricarditis

C. MEKANISME KOMPENSASI JANTUNG
Bila jantung dihadapkan pada beban yang berlebihan, jantung berusaha mengatasinya dengan cara :
 Menurun dilatasi ventrikel
 Menurun hipertropi myocard
 HR meningkat

D. PEMBAGIAN PAYAH JANTUNG
1. Payah jantung kiri
2. Payah jantung kanan
3. Payah jantung kiri dan kanan

E. KELUHAN
Sesak nafas hebat, seperti tercekik, batuk-batuk dengan riak berbuih tipis dan kemer-merahan


F. PEMERIKSAAN FISIK
Gelisah, pernafasan cepat dan dangkal, berkeringat, nadi cepat, tekanan darah mula-mula dapat meningkat yang kemudian akan menurun
1. Pemeriksaan Auskultasi
Auskultasi paru terdengar ronkhi basah dan kasar, mula-mulanya terdengar dilobus bawah saja, kemudian merata ke seluruh lapangan paru, juga ada wheezing, jantung selalu membesar. S1 – S2 mengeras, terdengar irama gallop (summation gallop)
2. Pemeriksaan Radiologi
Khas berupa bendungan vena-vena dihilus (gambaran kupu-kupu) atau parenchial clouding, vena pulmonalis prominent dilobus superior, tampak garis kerley B (garis septal) di lapangan bawah paru, jantung dapat normal atau membesar
3. Analisa Gas Darah
Terdapat gambaran asidosis respiratorik dan asidosis metabolic

G. PENGOBATAN
 Dudukkan penderita
 Oksigen dengan cateter hidung 6 – 8 liter / menit
 Morphine selfat diberikan secara tirasi dengan dosis 2,5 mg – 5 mg diencerkan dalam dextrose 5%
 Diuretika furosemide dengan dosis 40 – 80 mg IV perlahan-lahan
 Digitalis :
- Bergantian
- Pada tiga extremitas sekaligus
- Tekanan di bawah diastolic
- Lamanya sekitar 15 – 20 menit
 Flebotomi
Apabila tindakan-tindakan di atas kurang berhasil, maka baru dilakukan tindakan flebotomi, yaitu darah dikeluarkan 250 – 500 ml
 Vasodilator
Nitroprusside dengan dosis mulai dari 20 mikrogram / menit dengan infusion pump, nitrat diberikan sublingual atau oral
 Aminophyllin
Bila ada gejala dari spasme bronchus dapat diberikan aminopyllin dengan dosis 250 mg IV secara perlahan

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Dalam proses pengkajian, pengumpulan data dilakukan melalui auto anamnesa dan alloanamnesa, seperti riwayat penyakit lain sebagai pencetus terjadinya decompensasi cordis
Hal yang penting diketahui adalah : Usia, jenis kelamin, riwayat merokok, minum alcohol, ketergantungan obat-obatan, sakit yang pernah diderita sebelumnya, pekerjaan, apakah pekerjaan yang dilakukan memerlukan energi yang besar atau tidak, kebiasaan makan-makanan yang beresiko tinggi
Buang air besar dan buang air kecil apakah mengalami kesulitan atau tidak, frekuensi per harinya. Tingkat kecemasan, stress fisik / mental yang tinggi sangat berpengaruh pada terjadinya decompensasio cordis

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan dalam cardiac output berkurang dengan tidak efektifnya jantung memompakan darah
b. Perubahan volume cairan kelebihan berhubungan dengan peningkatan congestive sistem vena dan kegagalan ventrikel
c. Kurang mampu melakukan aktifitas sehari-hari berhubungan dengan menurunnya cardiac output
d. Cemas berhubungan dengan penyakitnya
e. Kurangnya terjadi perubahan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh berhubungan dengan anorexia
f. Resiko terjadi perubahan integritas kulit
g. Resiko terjadi perubahan eliminasi defikasi, konstifasi berhubungan dengan imobilisasi

Diagnosa Keperawatan Ke-1
Perubahan dalam cardiac output berkurang dengan tidak efektifnya jantung memompakan darah

Tujuan :
Terjadinya peningkatan cardiac output setelah tindakan keperawatan

Rencana Tindakan :
 Beri O2 sesuai dengan program
 Anjurkan pasien untuk istirahat : Posisi kepala lebih tinggi 30 – 60 derajat
 Monitor tanda vital setiap 2 jam
 Batasi aktifitas dan Bantu pasien memenuhi kebutuhan
 Merencanakan asuhan keperawatan yang mengurangi kelelahan
 Monitor EKG dan photo thorak sesuai dengan instruksi
 Monitor tanda-tanda keracunan digitalis

Diagnosa Keperawatan Ke-2
Prubahan volume cairan berlebihan sehubungan dengan peningkatan congestive sistem vena dan kegagalan ventrikel

Tujuan :
Tercapainya keseimbangan cairan tubuh yang stabil dalam waktu 1 minggu

Rencana Tindakan :
 Timbang BB setiap pagi sebelum makan
 Pembatasan natrium dengan memberikan diet jantung III rendah garam III
 Auskultasi bunti nafas dan bunyi jantung setiap 2 – 4 jam
 Beri obat-obatan diuretika sesuai dengan instruksi
 Observasi efek dan keracunan diuretic
 Catat intake dan output setiap hari
 Pertahankan cairan pareteran dengan mikrodip
 Pertahankan pembatasan cairan
 Monitor protein dan elektrolit

Diagnosa Keperawatan Ke-3
Kurang mampu melakukan aktifitas sehari-hari sehubungan dengan menurunnya cardiac output

Tujuan :
Pasien akan mendemontrasikan peningkatan toleransi terhadap aktifitas sebagai bukti melalui aktifitas sehari-hari tanpa adanya kelelahan atau sesak nafas dalam waktu 1 minggu


Rencana Tindakan :
 Jelaskan pada pasien bahwa istirahat merupakan bagian penting dalam pengobatan
 Beri tindakan untuk mempertahankan istirahat pasien
- Pertahankan pembatasan aktifitas
- Pertahankan lingkungan yang tenang di sekitar pasien
- Pengobatan yang tepat waktu, kegiatan perawatan dan prosedur diagnostik dilakukan di luar jam istirahat pasien
- Bantu pasien dalam merawat diri sesuai dengan kebutuhan (mandi, BAB, BAK)
 Anjurkan pasien untuk tidur
 Beri tindakan untuk memperbaiki toleransi aktifitas :
- Beri istirahat yang adekuat di antara kegiatan
- Anjurkan pasien untuk menghemat tenaga
- Pertahankan status nutrisi yang optimal



Diagnosa Keperawatan Ke-4
Cemas sehubungan dengan penyakitnya

Tujuan :
Cemas teratasi setelah dilakukan pendekatan

Rencana Tindakan :
 Kaji pasien dari tanda-tanda dan gejala kecemasan
 Beri waktu untuk pasien dan keluarganya untuk mengungkapkan perasaan
 Beri penjelasan secara sederhana mengenai penyakitnya
 Beri penjelasan setiap akan melakukan tindakan dan jeaskan kembali sesuatu yang belum dimengerti pasien
 Beri kelonggaran waktu kunjungan anak dan familinya pada waktu-waktu tertentu
 Dampingi pasien dan beri support mental dan spiritual

Diagnosa Keperawatan Ke-5
Kurangnya pengetahuan mengenai proses penyakit, pengobatan dan perawatannya

Tujuan :
Pasien dan keluarganya menunjukkan pengertian tentang proses penyakit dan perawatan serta pengobatan melalui interaksi diskusi setelah diberikan penjelasan

Rencana Tindakan :
 Kaji pengetahuan pasien tentang penyakit jantung dan faktor yang mempengaruhinya
 Terangkan secara sederhana mengenai penyebab proses penyakit dan kebutuhan perawatan selanjutnya
 Jelaskan pentingnya rencana untuk mempertahankan aktifita sehari-hari
 Jelaskan pentingnya mempertahankan diet dan pembatasan natrium, penting timbang BB setiap hari
 Jelaskan gejala-gejala dini kegagalan jantung supaya cepat dapat dilaporkan ke tim medis
 Jelaskan kegunaan dari obat-obatan, dosis, waktu pemberian dan efek sampingnya
 Jelaskan pentingnya tidak merokok

Diagnosa Keperawatan Ke-6
Resiko terjadi perubahan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh sehubungan dengan anorexia

Tujuan :
Pasien akan mendapat nutrisi yang memadai untuk mempertahankan fungsi tubuh

Rencana Tindakan :
 Sajikan makanan yang disukai pasien sesuai dengan dietnya
 Berikan diet sesuai dengan instruksi dokter
 Berikan makanan dalam porsi kcil tetapi sering pada saat pasien tidak sesak
 Timbang BB paien setiap hari sebelum makan pada waktu yang sama
 Jelaskan diet dan semua batasannya
 Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi
 Tidak memaksa pasien untuk makan
 Observasi pasien dari tanda dan gejala malnutrisi setiap hari
 Bila perlu konsul ahli gizi

Diagnosa Keperawatan Ke-7
Resiko terjadi perubahan intregitas kulit

Tujuan :
Tidak terjadi gangguan intregitas kulit selama dalam perawatan

Rencana Tindakan :
 Observasi keadaan kulit terhadap tanda-tanda kemerahan, penglupasan, bersisik atau lecet tiap 2 jam
 Rubah posisi tidur pasien tiap 2 – 4 jam sekali
 Beri perawatan kulit dengan cara message pada daerah yang tertakan dan zalf Vaseline serta kamper tiap 2 jam
 Gunakan matras khusus untuk mencegah decubitus
 Pertahankan alat tenun tetap kering dan tegang

Diagnosa Keperawatan Ke-8
Resiko terjadi perubahan eliminasi defikasi, konsifasi sehubungan dengan imobilisasi

Tujuan :
Pasien akan mempertahankan kebiasaan buang air besar dari pola eliminasi normal

Rencana Tindakan :
 Observasi intake makanan setiap hari
 Bantu pasien BAB di tempat tidur selama masih sesak
 Berikan terapi laksansia sesuai dengan program
 Anjurkan pasien untuk tidak mengendan saat BAB
 Gunakan pot yang rendah pada saat pasien BAB
 Dampingi pasien saat BAB

ASUHAN KEPERAWATAN APENDIXITIS

ASUHAN KEPERAWATAN
Pasien Dengan
APENDIXITIS

Definisi
Apendixitis adalah peradangan dari appendix vermiformis atau peradangan pada umbai cacing yang bersifat akut
Etiologi
Penyebab utamanya adalah obstruksi yang dapat disebabkan oleh :
- Hiperflasi dari folikel limpoid yang merupakan penyebab terbanyak
- Adanya fekolit dalam lumen appendix
- Adanya benda asing seperti cacing
- Struktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya
- Sebab lain, misalnya keganasan (karsinoma, karsinoid)
Patofisiologi
Obstruksi appendix menyebabkan muklus yang diproduksi mukasa terbendung, makin lama mucus terbendung makin banyak dan menekan dending appendix. Menggangu aliran limfe menyebabkan dinding appendix oedema serta merangsang tunika serosa maka terjadi rasa sakit di umbilicus. Mucus yang terkumpul lalu terinfeksi oleh bakteri dan menjadi nanah, menimbulkan gangguan aliran vena. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum pariental setempat, sehingga menmimbulkan rasa sakit di perut kanan bawah, keadaan ini disebut apendixitis supuratif akut. Bila arteri terganggu timbul allergen ini disebut apendixitis gangrenosa. Bila dinding apndix yang telah rapuh itu pecah dinamakan apndixitis perforasi.
Tanda Dan Gejala
- Nyeri perut pada kanan bawah
- Muntah, nausea anoeksia
- Konstipasi
- Demam tidak terlalu tinggi
- Distensi local
- Nyeri tekan local yang dalam
Lokasi Nyeri
Nyeri pada perut, pada mulanya nyeri perut ini hilang timbul eperti kolik dan terasa di sekitar umbilicus. Bila proses radang telah menjalar ke peritoneum pariental setempat, maka akan timbul nyeri local pada kanan bawah, di daerah Mc Burney. Bila terjadi perforasi untuk sementara rasa sakit memnghilang tetapi kemudian disusul dengan rasa sakit yang hebat di seluruh perut karena peritoritis umum anorexia hamper selalu terdapat dan muntah merupakan hal yang khas.
Komplikasi
- Perfolasi
- Hiperpireksi
Penatalaksanaan
1. Observasi penderita
2. Istirahat total dalam posisi Fowler
Untuk menghindari erakan yang dapat menyebabkan daerah Mc Burney ikut bergerak atau teregang
3. Beri makanan yang tidak merangsang peristalik
4. Beri anti biotika dosis tinggi
5. Operasi apendiktomi








ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian data dasar :
1. Aktivitas / istirahat
Subjektif : Lemah, gelisah, tidak bias tidur
2. Integritas ego
Subjektif : Takut mati, merasa akan segera mati, kwatir akan eluarganya, pekerjaannya dan keuangannya
3. Eliminasi
Objektif : Bising usus menurun / tak terdengar karena usus hanya berisi udara
4. Makanan
Subjektif : Mual, nafsu makan hilang
Objektif : Muntah
5. Hygene
Subjektif : Nyeri perut kanan bawah bila bergerak / melakukan aktivitas
6. Neurosensoris
Subjektif : Rasa akit di sekitar umbilicus
Objektif : Perubahan
7. Nyeri / rasa nyaman
Subjektif : Mula-mula nyeri perut hilang timbul, kemudian nyeri perut menjadi tajam dan terus menerus
Objektif : Wajah meringis, merintih, perubahan HR
8. Pernapasan
Objektif : RR normal
9. Interaksai sosial
Subjektif : Mencemaskan pekerjaannya dan keluarganya
Objektif : Gelisah, respon emosional (takut)
10. Pemeriksaan
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan darah rutin dan urine rutin
- Pemeriksaan foto polos abdomen
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dngan penyumbatan appendix
2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
3. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan tidak adekuatnya intake peroral
4. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan dan informasi yang didapat tentang keadaan serta tentang perjalanan penyakit
5. Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik
Diagnosa Keperawatan – 1
Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan pentumbatan appendix
Rencana Tindakan :
1. Observasi adanya keluhan dan tanda nyeri, catat intensitas (skala 0 – 10), lokasi, kalitas dan durasi nyeri
2. Beri lingkungan yang tenang dan nyaman
3. Ukur dan catat tanda-tanda vital
4. Beri analgetik sesuai kolaborasi dokter
5. Minta pasien untuk segera melaporkan bla frekuensi nyeri semakin bertambah
Kriteria evaluasi :
1. Pasien tenang
2. Ketegangan menurun
Diagnosa Keperawatan – 2 (Post Op)
Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
Rencana Tindakan :
1. Kaji tingkatan nyeri yang dialami oleh pasien
2. Atur posisi tidur miring kea rah abdomen yang sehat dengan kaki ditekuk
3. Anjurkan klien teknik relaksasi nonfarmakologi
4. Ukur dan catat tanda-tanda vital
5. Beri analgetik sesuai kolaborasi dokter
6. Beri lingkungan yang nyaman dan tenang
Kriteria Evaluasi :
1. Pasien tenang
2. Ketegangan menurun
Diagnosa Keperawatan – 3
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan tidak adekuatnya intake peroral.
Rencana Tindakan :
1. Kaji pola makan pasien selama dirawat dan faktor-faktor penyulitnya
2. Anjurkan untuk makan dalam porsi kecil tetapi sering
3. Lakukan kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian menu diet
4. Beri terapi sesuai kolaborasi dokter
5. Ukur dan catat intake out put per hari
Kriteria Evaluasi :
1. Intake proral menjadi adkuat
2. Faktor-faktor penyulit (muntah, mual) hilang
3. Pasien mengatakan nafsu makan meningkat
Diagnosa Keperawatan – 4
Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan dan informasi yang didapat tentang keadaan serta tentang perjalanan penyakit
Rencana Tindakan :
1. Kaji tingkat kecemasan pasien
2. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaannya
3. Jawab pertanyaan dengan informasi yang konsisten
4. Anjurkan kemandirian dalam mengambil keputusan
5. Beri dukungan spiritual
6. Libatkan keluarga dalam membantu mengatasi masalah
7. Kriteria Evaluasi :
1. Pasien dapat menidentifiasikan perasaannya dan penyebab kecemasannya
2. Pasien mengatakan kecemasannya berkurang
3. Pasien menunjukkan keterampilan pemecahan masalah
Diagnosa Keperawatan – 5
Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari-hari berhubung dengan kelemahan fisik
Rencana Tindakan :
1. Kaji tingkat kemampuan pasien
2. Analisa tanda dan gejala ketidak mampuan dalam melakukan aktifitas terutama dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari dalam hal makanan, personal hygiene dan eliminasi.
3. Ajarkan cara melakukan aktifitas sesuai dengan perkembangan dan keadaan penyakitnya secara bertahap
4. Jadwalkan untuk program rehabilitasi
Kriteria Evaluasi :
Pasien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan mengembalikan kemampuan secara bertahap.

ASUHAN KEPERAWATAN BRONKHO PENUMONIA

ASUHAN KEPERAWATAN
Pasien Dengan
BRONKHO PENUMONIA


A. Definisi :
Pneumonia merupakan suatu pada paru-paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
Klasifikasi :
Berdasarkan anatomiknya, pneumonia dibagi atas lobaris, pneumonia lobularis (bronco pneumonia) dan pneumonia interstitialis (bronkiolitis)
Berdasarkan eiologinya dibagi atas :
1. Bakteri
a. Pneumokok merupakan penyebab utama pneumonia. Pada orang dewasa umumnya disebabkan oleh pneumokok sero tipe 1 sampai 8, sedangkan anak-anak tipe 14, 16 dan 19 insidens meningkat pada usia lebih kecil 4 tahun dan menurun dengan meningkatnya umur
b. Streptokok, sering merupakan komplikasi dan penyakit virus lain seperti morbili dan varisela atau komplikasi penyakit kuman lain seperti perfusis, pneumonia oleh pneumokokus.
c. Basil gram negative seperti “H influenza”, P aueroginosa”, tubreculosa”
d. Streptokok lebih banyak pada anak-anak dan bersifat progesif, resisten terhdap pengobatan dan sering menimbulkan komplikasi seperti : abses paru, empiema, tension pneumothorax
2. Virus
Virus “Respiratory Syncytial”, virus influenza adena, virus sitomegalik
3. Aspirasi
Makanan, misalnya pada tetanus neonatorium, benda asing, kerosene (benda minyak tanah) dan cairan amnion
4. Pneumonia Hipstatik
Penyakit ini disebabkan tidur telentang telalu lama, misalnya pada anak sakit dengan kesadaran menurun atau penyakit lain yang harus istirahat di tempat tidur yang lama, sehingga terjadi kongesti pada paru belakang bawah, kuman tadinya komensal berkembang biak jadi pathogen dan menimbulkan radang oleh karena itu pada anak-anak yang menderita penyakit yang memerlukan istirahat lama seperti tipoid harus diubah-ubah posisinya.
5. Jamur
“Histoplasmosis Capsulatum”, “Candida Abbicans”,Blastomikosis, lasidiodomikosis, aspergilosis dan aktinomikosis.

B. Gejala Klinik
Bronko Pneumonia biasanya didahului oleh infeksi fraktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik mendadak sampai 30oC – 40oC dan mungkin disrtai kejang karena demam tinggi anak sangat gelisah, sesak dan sianosis sekunder hidung dan mulut, pernafasan cuping hidung merupakan trias gejala yangpatognomonik, kadang-kadang disertai muntah dan diare. Batuk mula-mula kering kemudian jadi produktif
C. Pemeriksaan Fisik
Pada stadium awal sukar dibuat diagnosa dengan pemeriksaan fisik, tapi dengan adanya nafas cepat dan dangkal. Pernafasan cuping hidung disertai sianosis sekitar hidung dan mulut harus dipikikan kemungkinan pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung dari pada luas daerah yang terkena. Pada perkusi toraks sering tidak ditemukan kelainan. Pada ausukultasi, suara nafas vesikuler melemah. Terdapat bronchi basah halus nyaring. Jika sering bronco pneumonia menjadi satu (“Confluens”) mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan suara nafas mengeras


D. Pemeriksaan Penunjang
Secara laboratorik lekositosis, biasanya 15.000 – 40.000 / m dengan pergeseran ke kiri. Pengambilan secret secara bronkoskopi dan fungsi paru untuk preparat langsung, biakan dan tesresitensi dapat menentukan / mencari etiologinya, tetapi cara ini tida rutin dilakukan karena sukar. Foto roentgen dilakukan untuk melihat :
1. Komplikasi seperti empiema, atelektosis, perikarditis, pleurits dan OMA
2. Luas daerah paru yang terkena
E. Evaluasi Pengobatan
Pada bronkho pneumonia bercak-bercak inflitrat ditemukan pada stu atau beberapa lobus
F. Penatalaksanaan
Pada neonatus berikan :
1. Oksigen 2 liter / menit
2. IVFD (Intra Fluid Drip)
a. Jenis cairan adalah glukosa 10% Na Bic dengan perbandingan 4 : 1 sebelum menentukan cairan periksa gula darah. Bila kadarnya 0 – 45 mg%. suntikan Glu 40% cc dosis 2 cc / kk BB. Intravena
b. Berikan cairan dengan melihat kebutuhannya sebagai berikut :
Umur (hari ke) Kebutuhan (ml / kg BB / hari)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10-14
15-30 60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
150


Setiap kenaikan suhu 1oC, kebutuhan cairan ditambah 12%
Tetesan dibagi rata dalam 24 jam :
1 ml : 15 tetes makrodrip
1 ml : 60 tetes mikrodrip
3. Pengobatan
a. Dasar pengobatan antibiotic berdasarkan etiologi dan tes resitensi berhubung hal ini tidak selalu dapat dikerjakan dan memakan waktu lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan polifarmasi :
Penisilin prokain 50.000 unit / kb 66 / hari dan kanomisin 15 mg / kg bb / hari dalam dua dosis atau empisilin 100 mg / kg bb / hari dalam 9 dosis i.v dan gentamisin 5 mg / kag bb / hari dalam dua dosis i.m

b. Kortikosteroid
Kortison aseta 15 mg/kg bb/hari intramuskuler. Diberikan bila ekspirasi memanjang atau lender banyak sekali. Berikan dalam tiga kali pemberian
4. Pemeriksaan Rutin
a. Foto thorak
b. Astrup atau indikasi dan dilakukan evaluasi
c. Darah, urin, feses
d. Kadar glukosa darah
Pada bayi umur 1 bulan – 2 tahun, berikan
1. Oksigen
2. IVFD
a. Jenis cairan 2A.kcl (1 – 2 mek/kg bb/24 jam atau kcl 6 mek / 500 ml)
b. Kebutuhan cairan adalah sebagai berikut :
Kg –kk Kebutuhan (ml / kg bb / hari)
3 – 10
11 – 15
Lebih dari 15 105
85
65
c. Tetes dibagi rata dalam 24 jam
3. Pengobatan
a. Antibiotik
Penisiin prokain 50.000 u / kg bb / hari i.m dan kloramfenikol 75 ml / kg bb / hari dalam 4 dosis i.m / i.v atau ampisilin 100 mg / kg bb / hari i.m dalam dua dosis sehari
b. Kortikosteroid
Pemberian dan indikasi sma dengan pada neonatus
4. Pemeriksaan Rutin
a. Foto thorak
b. Astrup indikasi
c. Darah, urine, feses
d. Mt 1 / 2000 hanya di atas 2 bulan
e. Pemeriksaan lain atas indikasi, misalnya glukosa darah pada usia di atas 2 tahun, berikan :
1. Bila dispnue berat berikan o2
2. IVFD : Cairan DG 10% a atau caran 24 kcl, gluc 10% tetesan dibagi rata dalam 24 jam
3. Pengobatan : Penisilin prokain 50.000 u /kg bb / hari dan kloram fenikol 75 ml / kg bb / hari dibagi dalam 4 dosis
Pengobatan diteruskan sampai anak bebas panas selama 4 – 5













Diagnosa Keperawatan

1. Efektifitas jalan nafas terganggu b.d secret di jalan nafas
2. Gangguan peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi di pan
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b.d vomitus
4. Ganggun pola tidur b.d tidak dapat batuk secara efektif
5. Kecemasan keluarga b.d kurang pengetahuan
6. Resiko pe kesadaran b.d obstruksi jalan

Diagnosa Keperawatan ke-1
Efektifitas jalan nafas terganggu b.d secret di jalan nafas

Rencana Tindakan :
1. Kaji kebutuhan oksigen
2. Bebaskan jalan nafas
3. Atur posisi semi fower
4. Psg gudel
5. Monitor vital sign
6. Kolaborasi medis dalam hal pemberian terapi

Diagnosa Keperawatan ke-2
Gangguan peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi di pan

Rencana Tindakan :
1. Kompres hangat / dingin di daerah frontal dan axial banyak minum
2. Monitor temperature
3. Ganti Pakaian bila basah
4. Monitor lutake out put
5. Kolaborasi medis dalam hal pemberian terapi

Diagnosa Keperawatan ke-3
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b.d vomitus

Rencana Tindakan :
1. Berikan makan porsi kecil tetapi sering
2. Pertahankan kebersihan mulut dan berikan lingkungan nyaman
3. Observasi intake makanan
4. Kolaborasi tim gizi untuk diet
5. Kolaborasi tim medik untuk pemberian terapi




Diagnosa Keperawatan ke-4
Gangguan pola tidur b.d tidak dapat batuk secara efektif

Rencana Tindakan :
1. Kaji masalah kualitas tidur
2. Kurang rangsangan lingkungan sekitar
3. Ciptakan ruangan segar dan nyaman
4. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
5. Lbatkan keluarga berikan support kepada keluarga

Diagnosa Keperawatan ke-5
Resiko pe kesadaran b.d obstruksi jalan

Rencana Tindakan :
1. Kaji tingkat kecemasan
2. Identifikasi kebutuhan penyuluhan
3. Berikan penyuluhan sesuai kebutuhan
4. Gunakan bahsa yang mudah dimengerti
5. Beri penjelasan ajarkan tentang prosedur perawatan di RS

Diagnosa Keperawatan ke-6
Kecemasan keluarga b.d kurang poengetahuan

Rencana Tindakan :
1. Kaji kebutuhan O2
2. Monitor Vital sign
3. Lakukan suction sesuai kebutuhan
4. Atur posisi medik untuk terapi

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

DEMAM TIFOID


I. Definisi
Adanya penyakit infeksi akut usus halus ditandai demam lebih dari satu minggu

II. Patofisiologi
Salmonella Typhi

Masuk ke tubuh

Melalui makanan dan Usus halus Dimusnakan oleh
Air tercemar asam lambung

Jaringan Limfoid Plaque Peyeri
Di ileum terminalis yang
Mengalami hipertrofi

Komplikasi perdarahan

Perforasi intestinal

Kuman S. Typhi menembus
Ke lamina propia

Aliran limfe

Kelenjar limfe mesenterial

Aliran darah hati

Demam tifoid
III. Etiologi
Salmonella bTyphi

IV. Manifestasi Klinis
Pada Minggu I
1. Demam
2. Nyeri kepala (pusing)
3. Nyeri otot
4. Anorexia
5. Mual, muntah
6. Obstifasi / diare
7. Perasaan tidak enak di perut
8. Batuk dan epitaksis
9. Pada pemeriksaan fisik (suhu badan tinggi)
Pada Minggu II
1. Demam
2. Bradikardi relative
3. Lidah tifoid (kotor di tengah, tepi dan ujung merah dan tremor)
4. Hepatomegali
5. Splenomegali
6. METEORISMUS
Gangguan kesadaran (somnolen sampai koma)

V. Komplikasi
1. Komplikasi Intestinal
a. Peradangan usus
b. Perforasi usu
c. Ileus paralitik

2. Komplikasi Ekstraintestinal
a. Komplikasi kardionvaskuler
b. Komplikasi darah
c. Komplikasi paru
d. Komplikasi hepar
e. Komplikasi ginjal
f. Komplikasi tulang
g. Komplikai neuropsikiatrik

VI. Pelaksanaan
1. Pemberian AB
a. Kloramfenikol
b. Ampissilin / amoksisilin
c. Kotrimoksazol
d. Sefalosporin
2. Istirahat
3. Diet dan terapi penunjang












RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan
1.












2.
















3.


















4.







5.







6.














7.









8.
Gangguan peningkatan suhu tubuh badan infeksi kuman salmonella









Gangguan rasa nyaman, nyeri abdomen badan, infeksi kuman, salmonella












Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi badan vamitus















Gangguan pola eliminasi BAB konstipasi / diare badan infeksi kuman salmonella



Kecemasan keluarga badan kurang pengetahuan




Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari badan bedrest total










Resiko terjadi perdarahan gastro infektinal badan infektinal salmonella





Resiko berulang kembali penyakit badan kurang pengetahuan dan informasi Suhu tubuh normal
Kriteria :
S= Pasien mengatakan tidak panas lagi
O= Suhu tubuh kembali normal 36oC






Rasa nyaman terpenuhi
Kriteria :
S = Keluarga mengatakan nyeri hilang
O = Pasien tenang










Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria :
S = Keluarga pasien mengatakan pasien mulai mau makan
O = Makan ¾ porsi dari yang diberikan











Pola eliminasi kembali normal
Kriteria :
S = Konstipasi / diare hilang
O = Pasien tenang


Cemas teratasi
Kriteria :
S = Keluarga pasien mengatakan mengerti
O = Keluarga nampak tenang


Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
Kriteria :
S = Keluarga mengatakan kebutuhan sehari-hari pasien terpenuhi
O = Ku baik







Tidak terjadi perdarahan gastro infektinal
Kriteria :
S = -
O = Tidak dijumpai perdarahan pada mulut, hidung dan feses, Ku baik

Penyakit tidak berulang
Kriteria
S = Keuarga mengerti
O = Keluarga sering bertanya dan dapat diajak kerja sama  Kompres hangat dan dingin daerah frontal dan axial
 Monitor temperature
 Berikan intake yang cukup
 Anjurkan keluarga pasien bedrest dan minum yang banyak
 Ganti pakaian yang basah
 Untu diet
 Kolaborasi tim gizi
 Kolaborasi tim medik dalam hal pemberian terapi

 Berikan makanan porsi kecil tapi sering
 Pertahankan kebersihan mulut dan berikan lngkungan yang nyaman
 Observasi intake makanan
 Kolaborasi tim medis dalam hal pemberian terapi
 Berikan makanan porsi kecil tetapi sering
 Pertahankan kebersihan mulut dan berikan lingkungan yang nyaman
 Kolaborasi tim gizi untuk diet
 Kolaborasi tim medik untuk terapi

 Diare
 Beri minum yang banyak (oralit)
 Berikan cairan melalui parenteral (pasang infuse)
 Juga berikan lingkungan pasien
 Kolaborasi dengan tim dokter dan pemberian terapi
 Berikan makanan yang berserat
 Anjurkan pasien untuk banyak makan buah
 Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat pencahar
 Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diet

 Berikan penjelasan tentang penyakit pasien dengan keluarga
 Alihkan perhatian pasien
 Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan

 Bantu keluarga klien memenuhi kebutuhan sehari-hari
 Debatkan alat-alat yang diperlukan ibu pasien di samping tempat tidur


 Pantau kedaan umum pasien
 Monitor vital sign dan observasi perdarahan pada mulut, hidung dan feses
 Atur posisi senyaman mungkin pada posisi sim (bedrest total)
 Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet
 -Kolaborasi dengan tim dalam pemberian terapi




Berikan penjelasan untuk di rumah mengenai pentingnya:
 Pengobatan
 Kontol ke dokter setelah pulang
 Diet
 Istirahat

ASUHAN KEPERAWATAN CEPHALO PELVIK DISPROPORTION

CPD
( Cephalo Pelvik Disproportion )


1. Pengertian
CPD adalah tidak ada kesesuaian antara kepala janin dengan bentuk dan ukuran panggul.

2. Mekanisme Persalinan
a. Kesempitan pada pintu atas panggul ( PAP )
- Pintu atas panggul dianggap sempit apabila Konjugata Vena kurang dari 10 cm atau diameter transversa urang dari 12 cm. oleh karena pada panggul sempit kemungkinan lebih besar bahwa kepala tertahan oleh PAP maka dalam hal ini serviks uteri kurang mengalami tekanan kepala. Hal ini dapat mengakibatkan inersia uteri serta lambannya pendataran dan pembukaan serviks. Apabila pada panggul sempit pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna oleh kepala janin, ketuban bias pecah pada pembukaan kecil dan ada bahaya pula terjadinya prolapsus funikuli.

b. Kesempitan panggul tengah
- Pengukuran yang pasti dengan pelvimetri rontgenologik. Yang diukur adalah Distansia Interspinarum. Apabila ukuran ini kurang dari 9,5 cm, perlu kita waspada terhadap kemungkinan pada perushaan, apalagi bila diameter Sagiblis Osterior pendek pula. Pada panggul tengah yang sempitlebih sering ditemukan posisi okspitalis posterior persister / presentasi kepala dalam posisi lintang tetap ( transverse arrest )

c. Kesempitan pintu bawah panggul
- Pintu bawah panggul tidak merupakan bidang yang datar, terdiri dari atas segitiga depan dan segitiga belakang yang mempunyai dasar yang sama yakni distansia tuberum. Apabila ukuran yang terakhir ini lebih kecil dariada biasa maka sudut arkus publis mengecil pula ( < dari 80O ). Agar supaya dalam hal ini kepala janin dapat lahir diperlukan ruangan yang lebih besar pada bagian belakang pintu bawah panggul. Dengan diameter segitalis posterior yang cuup panjang persalinan pevaginaan dapat dilaksanakan, walaupun dengan perlukaan luas pada perineum. Dengan distansia tuberum bersama dengan diameter sagitalis posterior kuran dari 15 cm, timbul kemacetan pada kelahiran janin ukurn biasa.

3. Prognosis
Apabila persalinan dengan CPD dibiarkan berlangsung sendiri, apabila pengambilan tindakan yang tidak tepat timbul bagi ibu dan janin.
a. Bahaya pada ibu
- Partus lama yang seringkali disertai ketuban pada pembukaan kecil dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis dan infeksi intrapartum
- Dengan His yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan, dapat timbul regangan segmen bawah uterus dan pembentukan lingkaranretransi patologik ( Bandl ). Keadaan ini dinamakan Ruptur Uteri mengancam, apabila tidak segera mengambil tindakan untuk mengurangi regangan maka akan timbul rupture uteri
- Dengan perselisihan tidak maju kanan CPD, jalan lahir pada suatu tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang panggul
Hal ini menimbulkan gangguan sirkulasi dengan akibat terjadinya iskenia dan kemudian rekrosis pada tempat tersebut. Beberapa hari Post Partum akan terjadi Fistula Vesiko Servikalis atau Fistula Vesiko Vaginalis atau Fistula Rekto Vaginalis.

b. Bahaya pada janin
- Partus lama dapat meningkatkan kemtian perinatal, apalagi jika ditambah dengan infeksi intra partum
- Prolapsus Funinuli, apabila terjadi mengandung bahaya yang sangat besar bagi janin dan memerlukan kelahirannya dengan seger apabila ia masih hidup
- Dngan adanya CPD kepal janin dapat melewati rintangan pada panggul dengan mengadakan Movlage
- Selanjutnya tekanan oleh promontorium / kadang-kadang oleh simfisi pada panggul pican menyebabkan perlukaan pada jaringan di atas tulang kepala, malahan dapat pula menimbulkan fraktur pada OS parietalis.
4. Penanganan
a. Sectio Sesarea
- Secara elektif sebelum persalinan mulai / pada awal persalinan, direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada kehamilan cukup buln karena kesempitan pinggul yang cukup berat / karena terdapat CPD yang nyat. Selain ini section tersebut diselenggarakan pada kesempitan ringan apabila ada faktor-faktor lain yang merupakan komplikasi pada wanita yang mengalami masa infeetilitas yang lama, penyakit jantung, dll.
- Secara sekunder yakni sesudah persalinan berlangsung selama beberapa waktu, dilakukan karena mungkin, sedang syarat-syarat untuk persalinan pervaginaan tidak atai perlu dipenuhi.

b. Persalinan percobaan
Setelah dicapai kesimpulan bahwa ada harapan bahwa persalinan dapat berlangsung pervaginaan dengan selamat, dapat diambil keputusan untuk menyelenggarakan persalinan percobaan. Dengan demikian persalinan ini merupakan suatu test terhadap kekuatan His dan daya akomodasi termasuk kepala janin. Kedua faktor ini tidak dapat diketahui sebelum persalinan berlangsung selama beberapa waktu.
Mengenai penanganan khusu pada persalinan percobaan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Perlu diadakan pengawasan yang seksama terhadap keadaan ibu dan janin
- Kualitas dan turunnya kepala janin dalam rongga panggul harus terus diawasi
- Sebelum ketuban pecah, kepala janin pada umumnya tidak dapat masuk ke dalam rongga panggul dengan sempurna, namun pada CPD ketuban tidak jarang pecah pada permulaan persalinan.
- Masalah yang penting tidak menentukan berapa lama partus percobaan boleh berlangsung.
























CPD
ASUHAN KEBIDANAN PADA CPD

LANGKAH I

Data Subjektif
a. Biodata

b. Riwayat kehamilan sekarang
- HPHT
- Gerak janin
- Tanda bahaya
- Keluhan umum
- Kecemasan

c. Riwayat kehamilan persalinan yang lalu
- Jumlah kehamilan ( GPA )
- Jumlah anak hidup
- Jumlah kelahiran premature
- Jumlah keguguran
- Jumlah persalinan dengan tindakan
- Riwayat pedarahan
- Riwayat kehamilan dengan hypertensi
- Berat badan bayi lahir

d. Riwayat kesehatan / penyakit yang diderita sekarang / yang lalu
- Masalah Cardio Vaskuler
- Hypertensi
- DM
- HIV / AIDS
- TBC, dll

e. Riwayat KB

f. Riwayat socsial ekonomi
- Status perkawinan
- Respon ibu / keluarga terhadap kehamilan
- Lingkungan keluarga
- Pengambilan keputusan dalam keluarga
- Pola makan
- Kebiasaan hidup
- Beban kerja dan kegiatan sehari-hari
- Tempat / petugas kesehatan yan diinginkan untuk membantu persalinan

g. Riwayat hidup

Data Objektif / Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
- Tanda-tanda vital ( keadaan umum, TD, Temp, Pols )
- Pengukuran TB dan BB

b. Pemeriksaan Khusus
- Instansi
- Kepala dan leher
- Payudara
- Abdomen
- Tangan dan kaki
- Pemeriksaan genetalia ( vulva oeden / tan )
- Palpasi ( kepold I, II, III, IV ), TBJ
- Auscultasi ( DJJ )
- VT
- Vagina
- Portio
- Pembukaan, ketuban
- Ukuran panggul dalam

c. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium ( HB, CT, BT, golongan drah )
- USG
- Catatan terbaru dan sebelumnya

LANGKAH II : INTERPRESTASI DATA DASAR

Diagnosa kebidanan : Primipara / multi hami aterm dengan CPD

Data dasar :
1. HPHT

2. Inspeksi
- Tinggi badan kurang dari 145 cm
- Bentuk / ukuran panggul abnormal
- Tinggi fundus uteri lebih tinggi dari usia kehamilan

3. Polpasi
- Fundus uteri lebih tinggi dari umur kehamilan
- Bagian terbawah janin belum masuk PAP

4. PD
- Bagian terbawah belum termasuk PAP
- Ukuran panggul lebih kecil dari lingkaran kepala ( abnormal )

Masalah : Kecemasan OS untuk operasi secsio sesaria

Dasar : Kurang pengetahuan tentang CPD

Kebutuhan : Penjelasan prosedur tindakan Secsio Sesari

LANGKAH III : UNTUK MENDAPATKAN MASALAH POTENSIAL DAN MENGGANTI SIPASI PENANGANANNYA

Potensial
1. Ruptur Uteri
2. Gawat Janin

Antisipasi
- Monitor His, DJJ, kemajuan persalinan ( Partograf )
- KU ibu, vital sign
- Monitor ring bandle
- Keluhan ibu ( nyeri perut hebat )

LANGKAH IV : MENETAPKAN KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA KOLABORASI DENGAN DOKTER OBGIN

LANGKAH V : MENYUSUN RENCANA ASUHAN MENYELURUH

1. Monitor tanda vital
2. Monitor DJJ, His, menentukan tafsiran berat janin, menentukan kemajuan persalinan dengan partograf
3. Bila DJJ tidak normal beri O2
4. Monitor ring bandle
5. Monitor keluhan ibu ( nyeri perut )
6. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya
7. Persiapan untuk tindakan SS
8. Lakukan semua advis dokter
9. semua tindakan dan hasil pemeriksaan di dokumentasikan

LANGKAH VI : PELAKSANAAN LANGSUNG ASUHAN DENGAN EFISIEN DAN AMAN
LANGKAH VII : EVALUASI

S = OS mengatakan tidak cemas lagi
= OS mau dioperasi

O = KU ibu naik
= DJJ normal
= Tidak ada tanda-tanda rupture

A = Operasi SS a/I CPD
= Pengobatan dan perawatan ibu dan bayi dilaksanakan dan didokumentasikan

P = Perawatan ibu dan bayi dilanjutkan
= Anjurkan ibu dan bayi untuk control ulang
= Home visit dijadwalkan

ASUHAN KEPERAWATAN HERPES ZOSTER

ASUHAN KEPERAWATAN
Pasien Dengan
HERPES ZOSTER


I. Definisi
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan infeksi virus varisela
zoster yang menyaring kulit dan mukosa.Infeksi ini merupakan reaktivitas
virus yang terjadi setelah infeksi primer.Kadang-kadang infeksi primer berlangsung
subklinis.Frekuensi penyakit pada pria dan wanita sama,lebih sering mengenai usia
dewasa.
II. Manifestasi Klinis
Daerah yang paling sering terkena adalah daerah torakal.Gejalanya sistemik
seperti demam,pusing,malaise,maupun lokal seperti nyeri otot tulang,gatal,pegal.
Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel.Vesikel ini
berisi cairan bening kemudian menjadi keruh..Disamping gejala kulit di jumpai
pembesaran kelenjar getah bening regional.

III.Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan percobaan Tzank dapat ditemukan sel datia berinti banyak.

IV.Penatalaksana
Terapi sistemik umumnya bersifat simtomatik,untuk nyerinya diberikan analgetik
Jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotic.
Pada herpes zosteroftalmikus mengingat komplikasinya serta pasien dengan
defisiensi imunitasdiberikan antiviral atau imunostimulator.Antiviral yang biasa
diberikan adalah axiclovir sejak lesi muncul dalam 3 hari pertama karena lewat dari
masa ini pengobatan tidak efektif.Dosis anjuran 5x800 mg/hari selama 7 hari.Atas
pertimbangan biaya dapat digunakan 5x400mg selama 7 hari.Imunostimulator yang
biasa digunakan ialah isoprinosin 50mg/kg BB/hari,dosis maksimal 3000mg sehari.
Obat ini juga diberikan dalam 3 hari pertama lesi muncul.
Kortikisteroid diindikasikan untuk sindrom Ramsay Hunt untuk mencegah
fibrosis ganglion.Pemberian harus sedini mungkin untuk mencegah paralysis.
Biasannya diberikan prednisone. 3 x 20 mg/hari,setelah seminggu dosis diturunkan
secara bertahap.
Pengobatan tipical tergantung pada stadium.Pada stadium vesikel diberikan
bedak untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi skunder.Bila
erosive diberikan kompres terbuka.Kalau terjadi ulserasi dapat diberikan salep
antibiotic.







Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri pada ujung-ujung syaraf
b/d proses penyakit.
2. Peningkatan suhu tubuh b/d adanya infeksi pada tubuh.
3. Kecemasan keluarga mengenai penyakit b/d kurangnya pengetahuan


*Rencana Tindakan Diagnosa Keperawatan I
a. Kaji tingkat rasa nyeri os.
b. Atur posisi os senyaman mungkin.
c. Kolaborasi dengan tim medik.

*Rencana Tindakan Diagnosa Keperawatan II
a. Observasi vital sign os setiap 6 jam sekali
b. Anjurkan os untuk minum yang adekuat
c. Anjurkan os untuk memakai pakaian yang menyerap keringat.
d. Ganti baju os apabila basah.
e. Kolaborasi dengan tim medik

*Rencana Tindakan Diagnosa Keperawatan III
a. Kaji tingkat kecemasan os dan keluarga
b. Identifikasi kebutuhan penyuluhan
c. Berikan penyuluhan sesuai kebutuhan
d. Gunakan bahasa yang mudah di mengerti
e. Beri penjelasan dan ajarkan tentang prosedur perawatan di Rs.




















ASUHAN KEPERAWATAN
Pasien Dengan
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK
(PPOK)



I. Definisi
Penyakit paru obstruktif kronik atau PPOK adalah penyakit obstruktif jalan
nafas karena bronchitis kronik.Obstruksi tersebut umumnya bersifat progresif
bisa disertai proggresif,bisa disertai hiperaktivitas bronkus dan sebagian bersifat
reversible.

II. Etiologi
1. Kebiasaan merokok
2. Polusi udara
3. Paparan debu,asap,dan gas-gas kimiawi akibat kerja.
4. Riwayat infeksi saluran nafas
5. Bersifat genetic yaitu defesiensi

III. Patofisiologis
Pada bronkitis akut maupun emfisema terjadi penyempitan saluran nafas.
Penyempitan ini dapat mengakibatkan obstruksi jalan nafas dan menimbulkan
sesak.Pada emfisema paru penyempitan saluran nafas disebabkan oleh kurangnya
elastisitas paru-paru.

IV.Manifestasi Klinis
1. Batuk
2. Sputum putih jika ada infeksi menjadi purulen
3. Sesak,sampai menggunakan otot-otot pernafasan tambahan untuk bernfas.

V. Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik :
- Pasien biasanya tampak kurus dengan “barrel-shaped chest”
- Perkusi dada hipersonor,peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih
rendah ,pekak jantung berkurang.
- Suara nafas berkurang dengan ekspirasi memanjang.
3. Pemeriksaan Radiologi
4. Pemeriksaan fungsi paru.
5. Pemeriksaan gas darah
6.Pemeriksaan EKG
7. Pemeriksaan laboratorium darah : hitung sel darah putih.



VI.Penatalaksanaan
1. Pencegahan : mencegah kebiasaan merokok,infeksi,dan polusi darah
2. Terapi ekserbasi akut dilakukan dengan :
a. Antibiotik,karena ekserbasi biasanya dissertai infeksi.Pemberian ampisililn
4 x 0,25-0,5 g/hari atau eritromisin 4 x 0,5g/hari.
b. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernafasan karena hipperkapnia
dan berkurangnya sensitivitas terhadap CO2.
3. Terapi jangka panjang :
a. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang,ampisilin 4x0,25- 0,5/hari
dapat menurunkan kejadian eksaserbasi akut.
b. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik.
c. Mukolitik dan ekspektoran
d.Fisioterapi
e. Rehabilitasi,paien cendrung menemui kesulitan bekerja.




Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifitasnya bernafas b/d secret di jalan nafas
2.